Tempat orang-orang Hindu Bali dulu melarikan diri
menghindar dari kecamuk perang, sedang kami anti permusuhan
itu kisah zaman Majapahit
maka sampailah leluhur kami disini
Tanimbar Kei, Ohoi nan damai
menghindar dari kecamuk perang, sedang kami anti permusuhan
itu kisah zaman Majapahit
maka sampailah leluhur kami disini
Tanimbar Kei, Ohoi nan damai
Ohoi Bawah, Kampung cantik di Ujung Tenggara Maluku |
Tiba-tiba kak Leli,
penduduk Tanimbar Kei yang bersama gw dari dermaga Debut berjongkok
dan mengambil sedikit pasir dengan ujung telunjuknya lalu menempelkan
di dahi, persis diatas hidung. “Sebagai pertanda penyambutan warga
baru” begitu katanya. Dan secara resmi gw sudah dianggap penduduk
Tanimbar Kei oleh leluhur mereka. Begitu kata kak Leli.
Wajah ramah para pejabat
desa menyambut, setelah sedikit memperkenalkan diri para tamu
dipersilahkan beristirahat di salah satu rumah pejabat desa. Belum
ada penginapan yang disewakan disini. Untuk Sarapan dan makan malam
tetap di balai desa, dengan menu ikan segar tentunya.
Nasi hangat, Ikan komu asap, sambal colo-colo, air jeruk purut = Surga |
Selain udara segar, ikan
segar dan ketenangan , hal yang menarik dari Ohoi (sebutan untuk
kampung) ini adalah kerukunan dan toleransinya. Suatu hal yang biasa
ketika dalam satu rumah terdiri dari Ayah beragama Hindu, Ibu
beragama Katolik, anak-anak memilih menjadi Prostestan, Adven atau
Muslim. Semuanya bisa hidup rukun tanpa mempermasalahkan keyakinan.
Walau berbeda keyakinan mereka sangat taat kepada adat. Sehingga jika
terjadi pertikaian tentang apapun akan diselesaikan secara adat.
Satu rumah berbeda keyakinan? itu hal biasa |
Pulau Tanimbar Kei
terdiri dari tiga Ohoi (kampung), yaitu kampung atas khusus untuk
masyarakat adat yang merupakan penduduk asli Tanimbar Kei yang
rata-rata beragama Hindu. Semua rumah tinggal mereka merupakan rumah
panggung, yang dibangun dengan ketentuan adat. Selanjutnya adalah
kampung Bawah, kampung atas dan kampung bawah hanya terpisahkan oleh
dinding tebing vertikal 90 derajat. Di tebing ini dibangun tiga
tangga, dua tangga dari semen dan satu tangga kayu dengan ukiran ular
sebagai pegangannya. Satu kampung yang lain adalah kampung muslim.
Kampung muslim terletak disebelah utara kampung atas dan kampung
Bawah.
Hewan peliharaan ohoi Atas |
Keunikan kampung atas
adalah tentang cara mereka memelihara hewan peliharaan. Kambing,
ayam, anjing dan babi (babi hitam) hidup bersama dan tinggal dibawah
rumah panggung sipemiliknya. Ketika siang hari, semua hewan
peliharaan ini berkeliaran dan saling membaur dengan peliharaan para
tetangga. Untuk membedakan pemiliknya juga cukup unik, kambing dan
babi ditandai dengan bentuk potongan telingannya. Jadi saat masih
kecil bayi kambing dan babi akan dipotong sedikit bagian telinganya
sebagai tanda.
Sarana pendidikan, disini
hanya ada satu sekolah SD Kristen dan SMP sedangkan untuk tingkat
SMA, anak-anak Tanimbarkei melanjutkan pendidikan ke kota Tual.
Oh iya, anugerah desa
pancasila ini diberikan ke Tanimbarkei sebagai penghargaan untuk
kerukunan antar umat beragama di pulau kecil ini. Bahkan saat
kerusuhan 1999 – 2000 yang hampir merata diseluru Maluku Tenggara,
pulau Tanimbar Kei tidak ikut tersulut.
No comments:
Post a Comment