Berbagi Cerita Hororrrr |
Camping asyik di pulau Payung
– setelah drama panjang untuk share cost
camp ke sini, akhirnya kesampaian juga.
Kronologis trip ini memang cukup dramatis, gelar matras di kota tua
sampai jam satu dini hari, logistic ketinggalan dirumah salah satu teman, tidur
ngampar di dikantor pelabuhan Kaliadem, bahagia maksimal pas bikin tenda,
malamnya diisi cerita horror tentang lokasi camping dan full moon pula, tengah
malam tiba-tiba ada yang masuk angin parah sampai muntah, mencret dan saking
mengkhawatirkannya sampai harus digotong kepos yandu. Iya digotong kepos yandu untuk ketemu bidan
desa, entah persisnya kaya bayi mau diimunisasi atau kaya ABG mau lahiran, dan
begitu pulang jadi bajak laut sampai kapal kecil kami patah atapnya gegara
ditabrak kapal ferry. Maka terjadi lah
ketegangan ditengah laut dan salah satu korbannya adalah pasien masuk angin
parah yang masih tak berdaya.
Parahnya lagi, semua peserta camp
ini adalah jomblo berkualitas. Siapa aja
mereka? Well dia adalah Mas Tom, Eddy,
wahyu, Yayah, Dedeh, Rahmah, Capitri, Andika dan gw.
Jomblo Bahagia |
Meeting point kami adalah di
taman Fatahillah, Kota Tua. Janjiannya
jam 8 malam sepulang kerja langsung ngumpul disini. Maka bertemulah disana mbak-mbak berblazer,
mas – mas berbatik bawa keril dengan segala aksesorisnya, tripod di kiri dan
matras dikanan. Karena ini Indonesia, so
ada aja yang ngaret sampai jam 12 malam pun kami tungguin, entah itu ceritanya
lembur kerja atau ketiduran. Parahnya
dia yang ditunggu pakai ninggalin pula logistic dirumahnya. Sempurna kan ya?
Alhasil jam 1 malam baru nyarter
angkot menuju Kali Adem, kami semua ber 9 orang. Sampai di Kali Adem langsung cari posisi
diruang tunggu kantor pelabuhan yang ternyata tidak dikunci dan AC nya menyala
full. Sudah banyak yang menempati posisi
strategis untuk gelar matras disini.
Tidur nyenyak sampai subuh.
Selesai sholat subuh langsung
naik kekapal yang ternyata sudah stan by dari sore (tau gitu kan enak tidur
dikapal aja ya, ga perlu beli karcis 5000 pula pas mau naik kapalnya). Oke, k
arena datang lebih pagi maka
dapatlah posisi strategis untuk melanjutkan tidur dikapal. Lumayan tiga jam sailing dari Kali Adem
menuju pulau Tidung.
Jam 10 kapal merapat di dermaga
pulau Tidung. Kami langsung disambut
hangat oleh pak Maktum. Pemilik perahu
yang kami sewa untuk mengantarkan kami kepulau Payung dan snorkeling esok harinya. Kami makan siang dulu dirumah pak
Maktum. Rumah tinggal yang sebagian
ruangannya beliau sewakan sebagai homestay.
Habis makan bukannya siap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke pulau
tujuan, malah pada melanjutkan tidur.
Ini bukti otentik kalau ternyata jadi jomblo itu bahagia #fakta tentang
jomblo #gampang molor.
Sepenting itu lah kata SELFIE |
Bangun-bangun malah saling
menyalahkan satu sama lain kenapa pada tidur, padahal kan ketiduran semua
#contoh jomblo labil. Jam 3 sore baru
pada gelagapan berkemas, entah ini udah kebiasaan semua tamu pak Maktum, beliau
cuma ketawa-ketawa aja melihat kelakuan kami.
Tiga puluh menit sailing dari
pulau Tidung menuju pulau payung.
Sekitar 100 meter disebalah kanan dermaga, disitu camping ground
kami. Lapangan yang cukup luas, ada
toilet umum, teduh dibawa banyak pohon pinus dan didepannya ada pulau kecil
memanjang yang cantik. Tiga orang
peserta laki-laki berjibaku memasang tenda dan lima wanita cantik ngacir untuk
sholat katanya #kadang wanita memang egois.
Purnama Cantik di Pulau Payung |
Sunset dipulau payung ini cantiik
banget. Banget.
Begitu matahari tenggelam
sempurna, ada bulan cantik yang menggantikan.
Purnama. Nah semua kisah horror
mulai didongengkan. Karena sebagian dari
peserta camping adalah pendaki, cerita horror digunung bermunculan sudah. Sambil menikmati indahnya purnama yang
semakin beranjak meninggi dan makin magis karena dibumbui cerita horror,
spaghetti, baso dan sosis goreng juga kopi hangat menemani. Malangnya buat gw yang Padang banget ini, gw
harus makan nasi, dan itu terlewatkan dari persiapan gw karena ketiduran di
base camp pak Maktum.
Kalau Bulan Bisa Ngomong |
Karena kekhilafan kadang
beruntun, tiba – tiba gw terbangun sekitar jam tiga dini hari. Langsung muntah – muntah dan pengen ke
toilet. Herannya kenapa gw tertidur di hammock persis dibibir pantai dan tanpa
jacket sama sekali. Karena dorongan
ingin ketoilet rasa takut gw terkesampingkan, lari ketoilet yang jaraknya
seratusan meter itu. Keluar dari toilet
udah sempoyongan gegara mencret dan muntah – muntah. Rasa takut mulai terasa. Jadi keingat cerita pak Maktum semalam,
tentang gadis penunggu area camping ground.
Bergidik juga walau sebenarnya gw penganut paham bahwa segala
hantu-hantuan adalah hasil rekayasa otak manusia dan dibantu terwujud oleh
jin. Sedangkan jin memang ada dimana
saja dibumi ini, terutama ditempat – tempat kosong seperti camping ground ini
#falsafah dunia perhantuan.
Kembali ketenda dengan
sempoyongan, langsung ambruk didepan tenda.
Itu sukses membangunkan semua penduduk camping ground, termasuk group
camping tetangga. Semua gotong royong merawat
gw yang sebentar – sebentar pengen ngabur aja ke toilet. Finally karena semakin lemes gw digotong kepos
yandu #alamaaaak, pos yandu. Kurang
imunisasi apa coba gw waktu bayik.
Ditinggal sendiri karena ga kuat
snorkelingan, gw jadi punya waktu buat merenung. Kenapa coba, gw jadi tiba – tiba terbangun di
hammock yang perasaan semalam udah tidur ditenda. Ga ada jawabannya sampai teman –teman gw
pulang snorkeling, ngeliat gw udah memamah biak sepiring nasi uduk dan tempe
goreng yang dibeli diwarung dekat pos yandu, langsung deh pembullyan dimulai. Bukannya bersimpati ngeliat kondisi gw yang
lemas, mereka malah ketawa ngakak ga selesai – selesai.
Hammock Penyebab ke Pos Yandu |
“makanya kalo curhat – curhat
ditenda aja”
Baru dah tuh ingat, gw ketiduran
dihammock habis ngedengerin curhat si D*ka yang mau dilangkah nikah sama
adeknya. D*kaaaa………ini semua gegara elu.
“Pulangnya ga usah balik
ketidung, kita transfer dilaut aja” kata pak Maktum. Buseh, transfer
dilaut. Macam Mafioso kitah.
Jadi antara pak Maktum dan si
kapten kapal ferry tujuan Kali Adem ini sudah ada kesepakatan untuk transfer
dilaut #komplotan mafia pulau SERIBu, maen transfer laut, santaaaai . Sudah biasa katanya. Begitu pak maktum dihubungi sama sikapten,
kalau kapal sudah berangkat dari pulau Tidung, maka kami pun berangkat dari
pulau Payung. Wow, Jack Sparrow. Perahu kayu kecil bermesin ketinting
menghadang kapal ferry yang sarat muatan.
Bajak laut benerkan ini, gayanya.
Semakin lama semakin dekat,
masing - masing kapal sudah
melambat. Jadi skenarionya sisi badan
kapal dirapatin trus nanti kapal ferry kasih turun tangga dan kami naik dari
perahu ke kapal ferry lewat tangga itu.
Tapi kenyataannya.
Kraaaaaak. Badan kapal beradu
cukup kuat, dan tiang atap perahu yang kami tumpangi berderak dan patah
seketika. Gw yang tadinya lemes
berenergi tiba-tiba. Teriak sekenceng –
kencengnya baru istigfar #hamba penuh dosa.
Si D*ka sibuk membagi-bagikan pelampung, kalau-kalau perahu kami karam
#dilangkah nikah ga bikin dia menyerah pada keadaan kok. Begitu tangga tali dari kapal terulur, gw
dapat prioritas utama untuk naik kekapal #orang sakit dan masuk angin
dipelihara oleh ABK kapal #omegad, dipelihara ABK kapal.
Sesaat Sebelum Tabrakan Kapal Bersejarah Itu |
Akhirnya kami ber delapan
melambaikan juga salam perpisahan ke pak Maktum yang sekarang focus ke tiang
perahunya yang pecah. Kapal ferry lambat
– lambat menambah kecepatannya menuju Jakarta dan semua wajah dikapal ini
merah menahan tawa kearah kami yang
masih pucat pasi. Kami langsung sok
sibuk aja ga peduli mencari posisi buat tidur, biar ga semakin menderita
melihat wajah kemerahan orang – orang.
Yang bikin gw dan berlima teman
cewek lainnya sakit ati banget adalah, sekelompok pria melambai ibu kota yang
ternyata ga bisa menahan tawa. Mereka
tertawa berkelompok dilanjut lirik – lirik genit kearah tiga laki – laki cukup
ganteng yang menjadi bagian dari kami ber-sembilan. Padahal mereka ganteng-ganteng lho ya. Tapi ngeliriknya sama yang ganteng juga #trs
gw dapat apaaaaaaaaaaaaa?????
No comments:
Post a Comment