"Rezeki bisa berupa teman yang
bisa dipercaya saat kita perlu menangis"
Ini adalah hari kedua puluh dari
traveling terlamaku di timur Indonesia. Di
sebuah pulau kecil metropolitan masa penjajahan yang kini tidak terlihat dipeta Indonesia, kecuali
kau zoom 30x dilayar androidmu. Banda
Neira.
Aku menghabiskan waktuku di
sebuah penginapan kecil sederhana, yang pemiliknya memperlakukan aku seperti
kerabat dekat yang telah pergi jauh dan dinanti dengan kerinduan untuk berbagi
cerita. Seorang wanita setengah baya berkulit pucat dan warna bibir beliau
seperti mayat. Pucat kebiruan. Aku telah berbicara dengan nya sekitar tiga
kali selama dua minggu aku dipulau kecil ini.
Dia meminta aku memanggilnya mama.