Wednesday, September 27, 2017

Visiting a Nirvana, 4 Hours Tracking to Waerebo

Pagi heboh di Waerebo
Waerebo is a Nirvana - Si Elizabeth ini nangis, ngambek, marah dan baper sepanjang perjalanan menuju Waerebo #bule mall kayanya doi.  Katanya siteman yang merekomendasikan Waerebo ga cerita kedia kalau tracknya melelahkan, kalau Waerebo ini tinggi banget, kalah Waerebo itu hutannya lebat dan datangnya gelap lebih awal, emang agak mendung sih suasananya.  #oh Lizzy, kaya incess donk, anteng.



Dia sampai mengabsen semua umur orang-orang yang tracking bersama dia. 

Dan dia bilang ‘’im the oldest than you, 58 yo so lets imagine it’’ dia bilang ini sambil mewek sesegukan.  Padahal diperjalanan kami sering ketemu dengan bule yang jauh lebih tua dari dia, aman-aman aja tuh  mereka ketawa – ketiwi. 
Dia mengabsen usia kami  satu persatu dan entah kenapa kami malah memberi tahu saja dengan jujur.  Orang Indonesia emang baik hati, tapi gw ga suka menabung #aib pertama.  

‘’I will call him and tell him that he was kill me, its will be my last trip, no more” kapok bener dia rupanya. 

Dan tiba-tiba,
‘’hey you, do you know NIRVANA?’’ aseli kaget gw sebenarnya dengar teriakan dia, semangat bener dia teriak dan posisinya persis dibelakang gw.

Nice couple at a nice place

Ha nirvana, kita berlima berhenti menatap kearah dia. Bertanya-tanya, apa pula hubungan dia yang mewek marah-marah dengan nirvana, mungkin karena pasokan oksigen kurang diotak gw, gw ga bisa nangkap arah pembicaraan dia #alasan
“this place look like nirvana, so difficult to visit”
Huaahahhaha, putus asah betul rupanya.  Baiklah.  Sampai membandingkan kesulitan menuju Waerebo dengan kesulitan mencapai surga.
Dia terus menangis dan kami tidak bisa lama-lama menahan tawa, jadi sepanjang dia terus ngomel kami terus tertawa dan guidenya dia terus menghibur.

“Elizabet, do you know this tree, we use this tree to couloring sarong, tenun khas Flores”
“can I take your bag?”
“Elizabeth, this tree we can use as medicine, obat diare”

Guide nya Elizabet terus ngoceh menghibur doi, dia ga mau pula tas nya dibawain, ga berkeinginan untuk balik saja tapi terus ngomel dan mewek.  Panjang lebar guide nya menghibur, Cuma dibalas dengan 

“whatever”

Elizabet dan Guidenya, capee bu??


Hanya itu aja yang dia ulang-ulang setiap guidenya ngoceh panjang lebar.
Begitu memasuki ladang-ladang kopi mendekati rumah adat Waerebo dia mulai terhibur.  Bunga kopi yang wangi, buah kopi yang lebat, dan ranting—ranting setengah basah kayu manis habis dipanen.  Dia mulai berhenti mewek, menghirup wangi bunga kopi dalam-dalam
”Do you know jasmine, its look like Jasine” katanya.
Dan begitu melihat tujuh rumah adat waerebo dari rumah kasih ibu (saung singgah untuk melepas lelah)  dia langsung berseru

“Nirvana”
Bunga kopi penghibur Elizabet

Seratus meter dari rumah kasih ibu tempat gong tamu dibunyikan perrtanda ada tamu yang datang ke Waerebo, landscape tujuh Niang (rumah khas Waerebo) menyambut kami, dan sekali lagi Elizabet berseru

“Hea….Nirvana”

Kami berlima tertawa ngakak melihat tingkahnya.  Bule manja tapi lucu. 
Rasa kopi terbaik, ada di Waerebo

“thanks you to bring me here,to Nirvana” katanya ke guide yang sudah hampir putus asah engan tangisannya disepanjang perjalanan tadi.
Jadi malam ini kami akan bermalam disebuah NIRVANA.  Bernama WAEREBO.


No comments:

Post a Comment

POPULAR ENTRIES

Mama Bandaku

"Rezeki bisa berup a teman yang bisa dipercaya saat kita perlu menangis " Ini adalah hari kedua puluh dari traveling terlamak...