Wednesday, October 4, 2017

Spice Tour, Mengenang Tambang Berlian di Banda Naira

Disini,
dulu disini tete beta kelaparan di hamparan BERLIAN
membayar upeti dinegeri leluhur sendiri
penjajah itu bernama VOC
tete mengasah tombak, walau akhirnya mati  ditertembak
tete beta, katanya "katong harus merdeka"
 
Sempurna itu bernama Banda & Naira
Spice Tour Banda - Naira - Tiga puluh menit dari pulau Naira menuju pulau Banda Besar, dengan perahu angkutan umum berbayar Lima ribu rupiah, gw sampai di dermaga kecil bernama Lonthoir.  Jauh dari kemewahan, hanya ada dermaga semen kasar yang melapuk.  Lalu turun menuju jalan kecil perkampungan orang-orang Banda yang rapi dan bersih.  Melalui bangunan lama tempat pengasapan (pengeringan biji pala dengan diasap) para kumpeni, rumah-rumah tua bergaya Belanda yang masih terawat dan indah.  Menaiki 220 anak tangga yang juga peninggalan kumpeni saat menambang Berlian di Banda Naira.

Lumayan ngos-mgosan naik anak tangga yang 40 derajad kecuramannya ini.  Sekali lagi, raknyat Banda ini sangat ramah dan baik.  Walaupun mereka terlihat sangat lugu, rata-rata orang Banda berpendidikan.  Generasi tahun 80-an misalnya, mereka rata-rata berpendidikan sarjana.  

Cita-cita mereka kalau ga Polisi ya Tentara
Seperti  namanya, spice tour.  Gw diajak masuk kebun rempah-rempah.  Ada pohon kenari besar-besar, mungkin sepelukan 5 lelaki dewasa, pohon pala berjejer  dan selang seling pohon yang sudah tua dengan yang lebih muda, selalu dilakukan peremajaan.  Tentunya pohon pala, cengkeh dan kayu manis.  Kenari ditanam untuk pelindung pohon pala, karena pohon pala tidak tahan jika terpapar panas sepanjang hari. 

Pala, cengkeh dan kayu manis.  Ini lah berlian yang menjadi  petaka bagi raknyat Banda Naira dimasa silam.  Penjajah Belanda datang dengan segala kelicikannya dibawa bendera VOC.  Mulai dari adu domba, tipu muslihat sampai pembantaian massal mereka lakukan disini.  Orang-orang kaya yang punya pengaruh semuanya dibunuh.  Raknyat Banda di usir dari tanah kelahirannya dan sebagian dijadikan buruh kebun pala dengan upeti yang mencekik.

Nutmeg (pala), yang pernah mengalahkan harga emas

Sedangkan harga pala saat itu setara dengan emas. Kata pak Jamin, tetua raknyat Banda yang sempat gw temui, itu harga segenggam biji pala dimasa lalu itu setara dengan biaya pulang pergi Jakarta – Belanda dengan gaya perjalanan mewah ala bangsawan.  Gw mulai kesal dengar cerita itu, segitu di eksploitasinya raknyat Banda masa itu, #asah golok dan kampak, kesal maksimal.  Jujur, kemerdekaan adalah hak segala bangsa, Indonesia ga boleh lagi dijajah, kita harus pertahankkan dan isi kemerdekaan ini #tsah, singsingkan lengan baju #hidup panjat pinang

Kembali dari kebun rempah-rempah, kami melewati sebuah batu yng sudah dipagari.  Blood Stone.  Batu berdarah, yak arena disitulah tempat belanda memungut upeti buruh kebun pala dimasa laknat itu.  Tempat kupeni memeras keringat dan darah raknyat Banda.  Tambang berlian, yang digagahi ratusan tahun oleh penjajah.  Merdeka itu mahal, jendral.


Background cantiknya kenapa terpotong kakak??  #takdir

Sebelum mengakhiri spice tour di terik matahari yang mulai panas, kami meenuju benteng Holandia.  Tempat para serdadu kumpeni memantau segala gerik yang mencurigakan untuk tambang berlian mereka dimasa silam.  Pala, Cengkeh dan Kayu manis.  Benteng ini sudah melapuk, tua dan nyaris tak berbentuk.  Tapi pemandangan disini paling juara. 

Dari sisi bukit di benteng Holandia ini, kita bisa melihat gunung Api Banda seutuhnya, melihat landscape pulau naira yang genit dan kaki pulau Banda Besar yang menggoda.  Sungguh, gw sedang jatuh cinta.  Banda & Naira.

No comments:

Post a Comment

POPULAR ENTRIES

Mama Bandaku

"Rezeki bisa berup a teman yang bisa dipercaya saat kita perlu menangis " Ini adalah hari kedua puluh dari traveling terlamak...